Memahami Posisi Bendahara dalam Perspektif Keilmuan dan Krisis

 
Yusuf menjadi penguasa mesir yang baik hati

Pendahuluan

Apakah Anda mengetahui bahwa Nabi Yusuf pernah mengajukan permohonan untuk menjadi bendahara pada zaman Mesir? Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur'an Surah Yusuf ayat 55:

قَالَ اجْعَلْنِيْ عَلٰى خَزَاۤىِٕنِ الْاَرْضِۚ اِنِّيْ حَفِيْظٌ عَلِيْمٌ

"Berkata Yusuf: Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan."

Pertanyaannya muncul: bukankah meminta jabatan itu tidak sesuai dengan prinsip dalam Islam? Mengapa Nabi Yusuf meminta posisi jabatan sebagai bendahara?

Konteks Permintaan Jabatan

Nabi Yusuf mengajukan permohonan ini karena merasa mampu menangani krisis yang sedang dihadapi oleh Raja Mesir pada saat itu. Namun, yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam Islam, meminta jabatan tidak dilarang, asalkan dilakukan dengan syarat dan cara yang benar.

Motivasi Nabi Yusuf

Nabi Yusuf terinspirasi oleh keinginannya untuk memberikan kontribusi yang lebih luas dalam bidang keilmuan dan kemaslahatan agama. Pilihan ini tidak semata-mata didasari oleh keinginan duniawi, melainkan juga oleh niat suci untuk berkontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan dan kebaikan umat.

Perhatian Terhadap Kebersihan dan Karakter

Perlu dicatat bahwa memberikan jabatan kepada seseorang yang menginginkannya tidak selalu baik. Namun, dalam kasus Nabi Yusuf, Raja Mesir telah melakukan diskusi dan mengamati kebersihan serta karakter Nabi Yusuf, sehingga keputusan memberikan jabatan tersebut sudah didasari oleh penilaian yang baik.

Kesimpulan

Dengan demikian, permintaan Nabi Yusuf untuk menjadi bendahara bisa dipahami dalam konteks keilmuan dan krisis yang dihadapi pada masa itu, serta niat tulus untuk berkontribusi pada kemajuan masyarakat dan agama.

Sumber: kalam.sindonews.com

0 Komentar